Kamis, 11 Januari 2018

SIKMAPETIK WUJUDKAN PASIRIAN BEBAS JENTIK



SIKMAPETIK (Aksi Remaja Peduli Jentik) Wujudkan Pasirian Bebas Jentik



Pembangunan kesehatan tidak terlepas dari komitmen masyarakat Indonesia sebagai warga dunia untuk ikut merealisasikan tercapainya Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs memiliki 17 tujuan dengan 169 sasaran pembangunan. Sasaran ketertinggalan pembangunan yang diharapkan pada negara berkembang seperti Indonesia diantaranya yaitu : kemiskinan, kesehatan, pendidikan, perlindungan ekosistem laut dan hutan, perkotaan, sanitasi dan ketersediaan air minum. Keselarasan SDGs atau tujuan pembangunan berkelanjutan 2030 dengan visi dan misi Presiden Jokowi-Jusuf Kalla “Nawacita” diharapkan dapat mengakselerasi pencapaian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2014-2019 sekaligus melengkapi prioritas strategi pembangunan terutama terkait dengan tujuan-tujuan yang berkaitan dengan lingkungan, energi bersih, serta upaya menangani perubahan iklim. Khusus di bidang kesehatan ada dua tujuan yang dicanangkan yaitu menggalakkan hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk semua usia serta akses air bersih dan sanitasi (Panduan SDGs, 2015).
Salah satu wujud dukungan pemerintah untuk mewujudkan tujuan yang telah dicanangkan dalam SDGs khususnya dalam bidang kesehatan, salah satunya adalah melalui UKBM. UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) adalah salah satu wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. UKBM terbagi menjadi berbagai bentuk, antara lain Posyandu Balita, Posyandu Lansia, Poskesdes, Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren), Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK), Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) dan Satuan Karya Pramuka Bakti Husada (SBH), (Juknis UKBM, 2013).
Saka Bakti Husada yaitu salah satu jenis Saka yang merupakan wadah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan praktis dalam bidang kesehatan yang dapat diterapkan pada diri, keluarga, lingkungan dan mengembangkan lapangan pekerjaan di bidang kewirausahaan. Saka Bakti Husada terdiri dari enam krida, diantaranya : Krida Bina Lingkungan Sehat, Krida Bina Keluarga Sehat, Krida Penanggulangan Penyakit, Krida Bina Gizi, Krida Bina Obat, Krida Bina PHBS. Masing-masing Krida terdiri dari beberapa SKK, (Kwarnas, 2011). Kader dari SBH adalah Pramuka Penegak Pandega. Sejalan dengan konsep UKBM, prinsip yang dijalankan oleh anggota SBH adalah dari, oleh, dan untuk anggota SBH. Usia penegak pandega berkisar 16 hingga 25 tahun, sehingga menjadi peluang untuk mengembangkan kegiatan inovasi dibidang kesehatan karena dilakukan olah kader muda yang memiliki jiwa imajinatif yang tinggi.
Imajinasi-imajinasi  dari anggota SBH yang positif dapat dikembangkan dan dikaitkan dengan kegiatan bakti masyarakat. Salah satu kegiatan bakti masyarakat yang sering dilakukan adalah krida pencegahan dan penanggulangan penyakit dan krida PHBS. Kegiatan integrasi dari kedua krida tersebut adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). PSN terdapat dalam krida pencegahan dan penanggulangan penyakit dan juga termasuk dalam indikator PHBS di lima tatanan. Sehingga dengan melakukan PSN, bakti masyarakat dua krida dapat dilakukan dengan satu kegiatan.
Krida PHBS memiliki Syarat Kecakapan Khusus (SKK) PHBS di Rumah Tangga. PHBS Rumah Tangga yang memiliki 10 indikator meliputi : pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, Bayi dan ASI Eksklusif, menimbang bayi dan balita, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan air besih, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah (PSN), melakukan aktifitas fisik, konsumsi buah dan sayur dan tidak merokok di dalam rumah, (Permenkes RI No. 2269, 2011).
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Dengan berhasilnya penerapan PHBS maka derajat kesehatan masyarakat semakin meningkat. PHBS dilakukan melalui pendekatan tatanan yaitu: PHBS tatanan rumah tangga, PHBS tatanan institusi pendidikan, PHBS tatanan institusi kesehatan, PHBS tatanan tempat kerja, PHBS di tempat umum, (Permenkes RI No. 2269, 2011). PHBS Rumah Tangga memiliki 10 indikator. Dari indikator tersebut masih terdapat dua indikator yang tidak pernah memenuhi target selama tiga tahun berturut-turut adalah tidak merokok di dalam rumah dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) (Laporan Rumah Tangga Sehat Puskesmas Pasirian, 2016).
Pencapaian indikator PSN di Wilayah Kerja Puskesmas Pasirian selama tiga tahun terakhir belum mencapai target yang telah ditetapkan, pada tahun 2014 sebesar 85,71%, pada tahun 2015 sebesar 83,33% dan pada tahun 2016 sebesar 88,16%, sedangkan target Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kabupaten Lumajang berdasarkan Departemen Kesehatan RI Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan yaitu 95%. Pada dua tahun terakhir wilayah kerja Puskesmas Pasirian memiliki kesenjangan dalam indikator PSN. Angka PSN di Puskesmas Pasirian belum mencapai target yang telah ditetapkan.
PSN merupakan salah satu indikator PHBS Rumah Tangga yang saat ini sedang diupayakan untuk mencapai target. Saat ini upaya yang dilakukan yaitu dalam wujud pemberdayaan masyarakat dengan melaksanakan kegiatan PSN 3MPlus (menguras, menutup tempat penampungan air dan mendaurulang/memanfaatkan kembali barang-barang bekas) serta ditambah (Plus) seperti: menaburkan larvasida pembasmi jentik, memelihara ikan pemakan jentik, mengganti air dalam pot/vas bunga dan lain-lain. Upaya ini melibatkan lintas program dan lintas sektor, (JUKNIS Kemenkes, 2016).
Berdasarkan permasalahan PSN yang selalu dibawah target, Saka Bakti Husada di pangkalan dr. Wahidin Sudirohusodo memiliki bentuk kegiatan inovasi yang dilakukan dalam PSN berupa Aksi Remaja Peduli Jentik (SIKMAPETIK) di wilayah kerja Puskesmas Pasirian. Hal tersebut dikarenakan masih belum tercapainya target ABJ dan Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD) terus meningkat. Program SIKMAPETIK adalah jawaban dari permasalahan tersebut sebagai upaya perbaikan kinerja upaya kesehatan masyarakat yang berkesinambungan. 
Sikmapetik menggunakan pendekatan PDCA "Plan, Do, Check, Act" (Indonesia:Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah literatif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Dengan pendekatan ini program berjalan lebih baik karena melakukannya atas dasar adanya masalah kemudian direncanakan jurus yang lebih ampuh sehingga masalah tersebut dapat diatasi dengan baik.
Sikmapetik merupakan gerakan pemberantasan sarang nyamuk DBD yang ditujukan untuk membangun peran serta aktif masyarakat dalam upaya penanggulangan penyakit DBD di wilayah kerja Puskesmas Pasirian. Program SIKMAPETIK (Aksi Remaja Peduli Jentik) digerakkan dan dilakukan sepenuhnya oleh anggota Satuan Karya Pramuka Bakti Husada di pangkalan dr. Wahidin Sudirohusodo Puskesmas Pasirian Kabupaten Lumajang dengan binaan dan pendampingan oleh para instruktur. SIKMAPETIK memiliki tujuan jangka panjang yakni ABJ >95 % dan kasus DBD tidak ditemukan lagi di wilayah kerja Puskesmas Pasirian.




_Promkes Puspa_


Tidak ada komentar:

Posting Komentar