Senin, 20 Maret 2017

Mengenal Pubertas Sejak Dini (Kesehatan Reproduksi Remaja)

Menyinggung masalah pubertas secara terbuka akan dinilai masyarakat umum sebagai hal yang saru atau dalam Bahasa Indonesianya adalah tidak pantas, terlalu tabu.
Lantas apa yang terjadi apabila anak-anak yang menginjak usia remaja awal ini tidak memiliki pengetahuan yang mumpuni?
Ibarat sedang akan berperang namun tidak memahami medan yang akan dihadapi.
Tentu bisa jadi remaja kita akan salah mengambil arah dan justru terjerumus kepada hal yang tidak diinginkan kita semua, terutama para orang tua.

Berdasarkan data rekapitulasi KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) Puskesmas Pasirian pada tahun 2016 diketahui telah ada 15 kasus kehamilan diluar nikah dan 25 remaja usia 10-18 tahun mengaku pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah dimana 68% dari 25 remaja tersebut adalah remaja yang mengenyam bangku pendidikan di sekolah. Hal tersebut merupakan masalah kesehatan pada remaja yang perlu diselesaikan dan kemudian dilakukan pencegahan.

Upaya pencegahan yang dilakukan Puskesmas Pasirian adalah dengan mengintensifkan kegiatan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) mengenai KRR di 44 sekolah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pasirian. Kegiatan seperti ini bermanfaat sebagai wadah diskusi bagi remaja agar mereka tidak terjerumus kepada hal-hal yang dapat merugikan. Diskusi dan materi yang diberikan kepada remaja tentu berbeda disesuaikan dengan usia mereka. Untuk remaja dengan usia 10-12 tahun (SD kelas 4, 5 dan 6) diberikan materi Pubertas saja agar mereka siap dan tidak bingung/kaget dalam menghadapi pubertas yang akan dialami sedangkan remaja 13-18 tahun (SMP dan SMA) diberikan tambahan materi yaitu Seks Pra Nikah, Kehamilan Tidak Diinginkan, Napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) serta materi HIV/AIDS. Materi yang diberikan terbilang lebih banyak karena pada usia tersebut remaja cenderung telah mengenal Napza ((Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) dan mulai mencoba memiliki hubungan dengan lawan jenis seperti pacaran.

Diskusi yang ada juga sangat berbeda satu sama lain antara siswa SD dengan siswa SMP atau SMA. Siswa SD cenderung lebih banyak menanyakan hal-hal yang mendasar terkait pubertas. Seperti...
  • Mengapa kita harus siap dengan pubertas?
  • Mengapa perempuan menstruasi?
  • Mengapa laki-laki memiliki jakun?
  • Bagaimana apabila kita menstruasi lebih dari 7 hari bahkan sampai 10 hari?
  • Apakah bermain dengan laki-laki tidak boleh? Kan cuma bermain...
  • dan pertanyaan-pertanyaan "polos" lainnya
Sedangkan diskusi KRR dengan remaja usia SMP-SMA lebih spesifik pada Infeksi Menular Seksual, Mitos dan fakta mengenai reproduksi remaja dan Napza. Seperti...
  • Apakah masturbasi/onani itu dapat mengurangi kesuburan?
  • Mengapa ganja ilegal padahal tidak menyebabkan kematian (overdosis) seperti obat-obatan?
  • Apakah orang yang cukur rambut di tukang cukur rambut dan kemudian terluka oleh pemotong rambut yang tidak steril (mengandung HIV) dapat tertular HIV?
  • Bagaimana caranya memberi nasihat kepada teman yang suka nonton film porno?
  • Apa tindakan pencegahan yang dilakukan Puskesmas terhadap adanya Napza di kalangan remaja?
  • dan pertanyaan-pertanyaan "cerdas" lainnya
Kami sebagai tim KRR sangat senang sekali dengan antusiasme para peserta sehingga diskusi-diskusi yang kami selenggarakan dapat memberikan dampak positif dan dapat mengurangi angka masalah kesehatan remaja di Pasirian. Tidak lupa kami juga selalu menanamkan bahwa remaja/pemuda adalah penerus bangsa, masa depan ada di tangan mereka. Hal tersebut bertujuan untuk menciptakan rasa tanggung jawab terhadap orang tua, keluarga, dan bangsa negara. Dengan remaja yang sehat secara fisik, sosial, mental, psikis dan moral maka mereka akan lebih mudah meraih masa depan yang cerah.




-Adila

Tidak ada komentar:

Posting Komentar